SURABAYA, CHENHOO.CO – Penggagas dan pendiri Masjid Cheng Hoo Surabaya Haji Muhammad Yusuf (HMY) Bambang Sujanto punya kenangan khusus. Kenangan itu diungkapkannya di hadapan para tamu dalam rangka menghadiri haul ke-15 KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur digelar di Masjid Cheng Ho Surabaya, Minggu (19/1/2025) malam.
Kepada para tamu termasuk putri sulung Gus Dur Alissa Qotrunnada Wahid, Mantan Menko Polhukam Mahfud MD, Bambang Sujanto mengisahkan awal prakarsa pembangunan masjid Cheng Ho Surabaya juga berkat saran dari almarhum Gus Dur.
“Ide untuk mendirikan masjid ini (masjid Cheng Ho Surabaya–red) sebenarnya atas saran Gus Dur,” ungkap pria yang sejak 1980 telah masuk Islam ini.
Didampingi Ketua Yayasan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI) H. Abdullah (HA) Nurawi, HMY Bambang Sujanto mengisahkan almarhum Gus Dur yang sering menginap di rumahnya. “Beliau kalau ada waktu menginap di rumah saya, tapi saya nggak mau gembar gembor,” tukas Bambang Sujanto.
Ceritanya pada tahun 1986, Bambang Sujanto berduka karena ditinggal sang ibunda. Sebelum ditinggal oleh sang ibu, Bambang mengaku sudah kenal baik dengan Gus Dur. “Beliau ini selalu menasehati saya, dadi uwong iku kudu ngene, kudu ngene dan alhamdulillah saya akhirnya jadi orang,” cerita Bambang.
Setelah ditinggal oleh orangtuanya, Bambang sempat curhat kepada almarhum Gus Dur. Kala itu, Bambang bercerita tentang dirinya yang meminta ibunya membeli rumah di kawasan Jl Gading yang kini didirikan Masjid Cheng Ho Surabaya.
Setelah menyampaikan itu, almarhum Gus Dur pun menyarankan kepada pembina YHMCHI ini untuk membuat masjid. “Alhamdulillah saran beliau sudah saya laksanakan dan sekarang sudah ada 18 masjid Cheng Ho di seluruh Indonesia,” ujar Bambang.
Haul ke-15 Gus Dur yang digawangi komunitas Gusdurian tersebut dihadiri berbagai tokoh termasuk Ketua PITI Jatim, H. Haryanto Satryo, mantan Wawali Kota Surabaya Arif Afandi, sutradara gaek Eros Djarot, Rektor Ubaya Dr. Ir. Benny Lianto, M.M.B.A.T, Ph.D., Kepala Bagian Politik dan Ekonomi Konjen Amerika Serikat John McDaniel, Budayawan sekaligus penulis buku tentang Tiongkok Novi Basuki dan para tokoh dari berbagai lintas agama dan kepercayaan termasuk Uskup Surabaya, Romo Agustinus Tri Budi Utomo, yang akrab dipanggil Romo Didik dan Suhu Liem, ketua Kelenteng san Bio Surabaya.
Sementara itu, putri sulung Gus Dur Alissa Qotrunnada Wahid pun mengaku sering mendengar ayahnya saat dihubungi sedang berada di Jawa Timur. “Suatu ketika saat kami hubungi Bapak (Gus Dur) sedang di daerah Jawa Timur, tapi tidak tahu di bagian mana, lama tidak kembali kembali. Mungkin saat itu menginap di rumahnya Pak Bambang,” ujar Alissa sedikit berkelakar.
Dalam sambutannya, putri sulung Gus Dur ini agar bisa menanamkan tentang nilai-nilai apa yang diperjuangkan Gus Dur. “Kami berharap, para pemimpin, pejabat, bisa mengambil inspirasi dari Gus Dur bergerak berdasarkan nurani, bukan kekuasaan,” tutur Alissa.
Sementara itu Mahfud MD, dalam orasinya, menyampaikan pesan Gus Dur yang mengajak masyarakat Indonesia senantiasa merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam pluralisme.
Bagi Mahfud, berkat legacy Gus Dur, saat ini toleransi antar masyarakat Indonesia sudah cukup bagus. “Sekarang pluralisme itu sudah cukup bagus dalam arti antargolongan, sudah lumayan,” kata Mahfud .
Dikatakan, penting pesan Gus Dur tentang kesadaran untuk hidup bersama dalam perbedaan. Jika bangsa ini tidak memiliki kesadaran itu, maka Indonesia sulit untuk maju. Itulah sebabnya, Gus Dur kencang sekali menyuarakan pluralisme, paham didasarkan pada kesadaran bahwa manusia lahir berbeda-beda dan mempunyai hak yang sama.
Peringatan haul Gus Dur bukan pertama kalinya dilaksanakan di masjid Cheng Ho. Sebelumnya,pada tahun 2017, juga pernah digelar kegiatan serupa. Saat itu hadir adik Gus Dur, almarhum Salahudin Wahid atau akrab disapa Gus Wahid. (faz)