Malang, chenghoo.co – KH Abdurrahman Wahid atau karib dipanggil Gus Dur memiliki peran penting atas kebebasan warga Tionghoa dalam merayakan tahun baru Imlek secara bebas. Andil Gus Dur dalam menghapuskan diskriminasi, lantas mambuatnya dinobatkan sebagai Bapak Tionghoa Indonesia.
Kegigihan KH Abdurrahman Wahid dalam membuka keran keberagaman di Indonesia, juga menjadi salah satu alasan Rektor Universitas Ma Chung, Prof Dr Murpin Josua Sembiring SE MSi mengagumi sosok presiden keempat itu.
“Saya ingat ungkapan bijak Gus Dur. Beliau menyampaikan ‘tidak penting apa pun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik buat semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu’. Gus Dur sangat pro pada kebudayaan sosialisasi. Itu yang saya rasa perlu diteladani,” ujarnya.
Diakui, Prof Dr Murpin Josua bahwa dalam sejarah Universitas Ma Chung sendiri didirikan oleh tokoh-tokoh Tionghoa. Meski demikian, ia meyakini bahwa kampus ini adalah kampus multikulur yang menjunjung tinggi kebhinekaan dan toleransi.
Sebab itu, pihaknya berkomitmen untuk terus bersinergi dengan semua pihak untuk meningkatan mutu dan daya saing pendidikan sekaligus kebersamaan.
“Ini (Universitas Ma Chung) memang universitas Tionghoa tapi untuk Indonesia. Ini yang memang kami gerakkan. Di kampus kami, hampir 40 persen muslim. Mahasiswa kami juga sekitar 45 persen muslim, sehingga tidak semua non muslim atau Tionghoa,” tukasnya.
Tak jauh berbeda, Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim, Akhmad Jazuli menyampaikan, bahwa Universitas Ma Chung menjadi cerminan bentuk pluralisme yang digabungkan Gus Dur.
“Pak Rektor tadi menyampaikan, ada 40 persen dosen di sini yang muslim. Disinilah bentuk pluralisme yang mana Gus Dur betul-betul menghargai perbedaan itu indah,” jelasnya.
Ditambahkan, sesungguhnya Haul Gus Dur memiliki dua makna penting. Pertama, haul menjadi momentum untuk mengingat jasa-jasa sekaligus menguatkan kembali gagasan Gus Dur tentang kerukunan umat beragama.
“Kedua, Haul Gus Dur memompa semangat kita. Seolah dengan haul, Gus Dur itu masih hidup. Dimanapun kegiatan, aura Gus Dur akan terasa,” sambungnya.
Sosok bapak pluralisme ini juga disebut sebagai sosok budayawan, guru bangsa yang multitalenta sehingga bisa diterima dikomponen apapun dan dimanapun.
“Bu Khofifah sering memotivasi pada para pejabat termasuk menceritakan pengalaman pribadi Gus Dur dalam suka dan duka dalam hal-hal yang tidak dimasuk diakal. Seperti mau jadi presiden dan kenyataannya terjadi,” tegasnya.
Diketahui, peringatan 13 tahun meninggalnya sosok KH Abdurrahman Wahid itu bertempat di Gedung Balai Pertiwi Universitas Ma Chung. Mengusung tema ’13 Tahun Gus Dur Pulang, Bukan Pergi’.
Kegiatan ini turut dihadiri Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa diwakili Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim Akhmad Jazuli; Wali Kota Malang diwakili Kadiskominfo Kota Malang M Nur Widianto; jajaran forkopimda, jaringan Gusdurian, hingga mahasiswa.
Haul Gus Dur dikemas sederhana namun bermakna. Selain diisi dialog dan diskusi, penampilan stand up comedy, ada pula doa bersama.
Dalam dialog itu menghadirkan Rektor IAI Al Qolam,Dr Muhammad Adib MAg; Pastor Paroki, Rm Hendrikus Suwaji OCarm; serta seorang budayawan dari kalangan Nahdliyin, Ngatawi Al-Zastrow sebagai narasumber.
Kegiatan ini juga turut didukung oleh beberapa pihak terkait. Yakni, Pegadaian Kanwil XII Surabaya, Kopi Studio 24, Malang Studel, Grand Mercure Malang Mirama, Climate Change Frontier (CCF), Jatimpark Group, Countblok, dan sebagainya.
Sumber : Tugumalang.id