Chenghoo.co
Home » Telah Dirintis Masjid Cheng Hoo Ke-17 di Bondowoso, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy: Semoga angka 17 Jadi Isyarah Kebaikan
Headline Peristiwa

Telah Dirintis Masjid Cheng Hoo Ke-17 di Bondowoso, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy: Semoga angka 17 Jadi Isyarah Kebaikan

Peletakan batu pertama oleh KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo

SURABAYA (Chenghoo.co)-Jumlah masjid Cheng Hoo yang berdiri di seluruh pelosok negeri, kini bakal memasuki angka yang cukup istimewa, yaitu angka 17. Hal ini setelah peletakan batu pertama pembangunan Masjid Cheng Hoo ke-17, di desa Gentong, kecamatan Taman Krocok, Kabupaten Bondowoso. Prosesi peletakan dilakukan oleh KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo, Rabu (1/5/2024).

Dalam kesempatan tersebut turut mendampingi proses peletakan batu pertama, Ustad Hasan Basri (Ketua Pelaksana Harian Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI), A. Subiantoro (Sekretaris YHMCHI), Joko Prayitno dan Oei Tjing Yen (Humas DPD PITI Surabaya).

Selain peletakan batu pertama Masjid Cheng Hoo Ke-17, juga berlangsung gelar Haul ke-9 Kiai Abdurrahim dan peresmian pintu gerbang Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Insan Kamil.

Ustadz Muhammad Nasrullah (Oei Tjin Hay), selaku perintis Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Insan Kamil, mengatakan, dirintisnya pembangunan Ponpes dimulai tahun 2020. Terkendala wabah covid-19, prosesnya kembali dimulai tahun 2022. Berhubung kondisi akses yang sulit, sehingga fokus pada buka akses jalan.

Dari kiri, A Subiantoro (Sekretaris YHMCHI), Oei Tjing Yen (Humas DPD PITI Surabaya), Ustadz Hasan Basri (Ketua Pelaksana Harian YHMCHI), KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy (Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo), Ustadz Muhammad Nasrullah (perintis Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Insan Kamil, dua dari kanan), Joko Prayitno (Paling kanan)

“Kiai Abdurrahim adalah ayah saya. Kini merupakan haul beliau yang ke-9. Sebelum wafat, beliau memberi wasiat agar saya mendirikan pesantren,” katanya.

Setelah melakukan ikhtiar, diskusi serta petunjuk beberapa alim-ulama, serta melewati istikharah yang panjang, akhirnya terpilih lahan yang sekarang akan dibangun pesantren dan Masjid Cheng Hoo Bondowoso.

“Kenapa kita bangun Ponpes sekaligus juga di dalamnya ada Masjid Cheng Hoo? Saya ingin menjadikannya sebagai syiar muslim Tionghoa. Memberikan kenyamanan dan keyakinan pada warga Tionghoa muslim bahwa ada warga Tionghoa yang mampu mendirikan pesantren yang di dalamnya juga ada Masjid Cheng Hoo, yaitu Masjid Cheng Hoo Bondowoso,” katanya.

Mewakili H. A Nurawi (Ketua Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI), Ustadz Hasan Basri (Ketua Pelaksana YHMCHI), mengatakan, angka 17 memiliki makna tersendiri bagi orang Tionghoa, yaitu 1 ketemu 7 jadi 8. Angka yang dianggap hoki dan berkah.
“Beberapa waktu lalu, saya juga hadir dalam peresmian Masjid Cheng Hoo yang ke-16 di Pasangkayu, Sulawesi Barat. Mudah-mudahan, melalui keberadaan Masjid Cheng Hoo ini nantinya, dapat menambah semangat bagi kita semua dalam beribadah,” katanya.

Dalam sambutannya, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo, menegaskan, angka 17 menyimpan jejak sejumlah peristiwa-peristiwa besar, mulai dari sejarah turunnya Al-Qur’an di bulan Ramadhan atau Nuzulul Qur’an, peristiwa Perang Badar, hingga tanggal hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI). “Jadi semoga angka 17 ini dapat menjadi isyarah kebaikan. Menjadi spirit perjuangan, sebagaimana dalam Perjuangan pasukan Perang Badar. Menjadi wadah turunnya ilmu seperti turunnya ilmu dalam peristiwa Nuzulul Qur’an, serta menjadi semangat kemerdekaan seperti yang terjadi pada peristiwa 17 Agustus 1945,” katanya. Tamam Malaka.