Surabaya (chenghoo.co) – Beberapa tahun terakhir ini, minat untuk melanjutkan pendidikan ke Tiongkok terus meningkat. Terutama dari kalangan santri. Karena itulah, ini harus menjadi perhatian kita semua. Apalagi kemajuan di Tiongkok tak dapat dipungkiri. Kemajuan sektor ekonomi dan teknologi Tiongkok belakangan mencengangkan dunia.
Demikian disampaikan KH Imron Rosyadi, Wasekjen PBNU di sela-sela peluncuran dan bedah buku “Santri Indonesia di Tiongkok” di Auditorium FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya, Senin (6/2/2023).
Bahkan, sejumlah lulusan perguruaan tinggi di Tiongkok pada kenyataannya banyak terserap di berbagai sektor di dalam negeri. Ini membuktikan bahwasannya, kemajuan negara Tirai Bambu tersebut membawa dampak positif.
“Sejumlah santri yang telah melanjutkan studinya ke Tiongkok, setelah selesai studinya, mendapat tempat yang bagus di sejumlah perusahaan hingga BUMN. Mereka itu bekerja di sektor keuangan hingga teknologi,” kata KH Imron Rosyadi.
Sementara itu Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok menyambut Satu Abad NU dengan menggelar peluncuran dan bedah buku “Santri Indonesia di Tiongkok” di Auditorium FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya, Senin (6/2/2023). Buku yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Jakarta ini bisa didapatkan di toko buku Gramedia seluruh Indonesia mulai awal bulan Maret depan.
Hadir dalam kegiatan peluncuran dan bedah buku itu, Yudil Chatim, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing, Mr. Lai Dan, Wakil Konjen RRT di Surabaya, Dr. Aniek Nurhayati Pimpinan FISIP UINSA, dan sejumlah ketua organisasi Tionghoa seperti Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Jawa Timur, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Timur dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya. Serta ratusan kader NU serta pemerhati masalah China juga tampak mengikuti kegiatan yang dilaksanakan secara luring dan daring itu.
Kegiatan ini juga menghadirkan beberapa narasumber sebagai pembedah yakni KH Imron Rosyadi, Wasekjen PBNU, Candra Gautama, editor senior penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Ahmad Syaifuddin Zuhri, editor buku sekaligus Rois Syuriah PCINU Tiongkok, dan M. Fathoni Hakim peneliti Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok (PUSKIT) FISIP UINSA, dan dipandu moderator Surotul Ilmiyah mahasiswa S3 jurusan Public Health di Central South University, Changsa, Provinsi Hunan, Tiongkok.
Mengawali diskusi, KH Imron Rosyadi menegaskan, bahwa telah terjadi kemunduran Barat dan kebangkitan Timur di berbagai bidang, termasuk aspek ekonomi. Timur dalam konteks ini adalah Asia, yang mana ada tiga peradaban besar (Hindu, Buddha, dan Islam). India di Asia Selatan adalah representasi Hindu, China di Asia Timur representasi Buddha, dan Indonesia sebagai simbol Islam berada di Asia Tenggara. Maka penting bagi para santri untuk mengejar mimpi belajar ke negeri China.
Buku Santri Indonesia di Tiongkok menjadi sangat strategis sebagai jembatan kesepahaman hubungan antara Indonesia-Tiongkok.
Rois Syuriyah PCINU Tiongkok, Ahmad Syaifuddin Zuhri, mengatakan bahwa buku ini merupakan edisi kedua yang lebih lengkap dari buku “Islam Indonesia dan Islam China” yang terbit pada 2019 lalu. Buku yang berisi tentang pengalaman keagamaan, keislaman, pendidikan, sosial-budaya dan politik, ekonomi serta perkembangan teknologi di negeri Panda. Di edisi terbaru ini ditambahkan penekanan pada peran dan kontribusi santri dalam meningkatkan hubungan antar masyarakat Indonesia dan Tiongkok.
Candra Gautama, editor senior KPG, mengajak para santri di Tiongkok untuk tidak hanya berhenti menuliskan literasi dalam bentuk buku, kedepan sangat terbuka santri di Tiongkok memproduksi ide gagasan melalui konten-konten digital. Kesepahaman tentang pengaruh budaya Tiongkok di Indonesia di sektor makanan, pakaian, arsitektur bisa dijadikan konten yang menarik dalam peningkatan hubungan antar warga. Memroduksi konten yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan lintas disiplin ilmu.
M. Fathoni Hakim peneliti Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok (PUSKIT) FISIP UINSA menaruh harapan besar terhadap eksistensi PCINU Tiongkok kedepan, pasalnya dengan jumlah anggota lebih dari 500 santri yang sedang menempuh studi di Tiongkok dengan berbagai disiplin ilmu, PCINU bukan hanya berpeluang dalam peningkatan hubungan antar warga Indonesia-Tiongkok yang lebih bersifat sosial-budaya.
Namun diharapkan para santri di Tiongkok bisa menjadi fasilitator dalam peningkatan ekonomi dan Pendidikan di kedua negara. Isu industri halal (halal food, halal tourism, halal pharmaceutical, halal standard and certification) bisa menjadi konsentrasi kedepan. Investasi Tiongkok di Indonesia yang mayoritas di aspek energi dan sumber daya alam juga menarik diperhatikan, lebih-lebih tempat investasi tersebut berada di basis NU. Maka peran fasilitator bisa diambil oleh PCINU ke depan. (fan)