SURABAYA (Chenghoo.co)-Apakah melaksanakan kurban adalah hal wajib bagi orang kaya setiap tahunnya? Sahkah berkurban seekor ayam, bagi orang yang tidak memiliki harta yang cukup? Bolehkah kurban kambing yang diniatkan untuk seluruh keluarga?
Berbagai pertanyaan-pertanyaan sederhana, namun tak terduga tersebut mengemuka dalam acara kajian keagamaan yang dikemas “Ngobrol Bareng Koko Ustadz,” yang diselenggarakan oleh Divisi Dakwah, DPW Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Timur (Jatim) di Masjid Cheng Hoo Surabaya, Rabu (12/6/2024).
Tampil sebagai pengisi materi adalah Ustadz Oei Tjin Hay, yang juga merupakan Ketua bidang Dakwah, Pendidikan dan Hukum DPW PITI Jatim.
Hal yang menarik, pria yang juga alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo tersebut, menyampaikan topik keagamaan terkini tentang ibadah haji dan problematikanya tak lebih dari seperempat menit. Meski singkat, namun pertanyaan yang muncul dari jamaah jauh lebih banyak. Bahkan ada juga yang bertanya masalah keagamaan di luar tema.
H Haryanto Satryo, Ketua DPW PITI Jatim, mengatakan, acara “Ngobrol Bareng Koko Ustadz” telah memasuki episode ketiga. Rutin digelar tiap dua Minggu sekali pada Rabu malam, selepas shalat isya di Masjid Cheng Hoo Surabaya. Selain untuk memakmurkan masjid, juga wadah memperdalam wawasan keagamaan untuk jamaah, khususnya warga PITI.
“Kajian keagamaan yang kita adakan ini, kita kemas khusus untuk memberikan pencerahan wawasan keagamaan. Karena itu, format pengajiannya bersifat timbal-balik dua arah. Dimana waktunya sekitar 1,5 jam. Namun penyampaian materi hanya seperempat menit, selebihnya jamaah bebas bertanya apa saja. Baik yang berkaitan dengan materi pengajian, maupun di luar topiknya,” katanya.
Haryanto mencontohkan topik kali ini yang mengangkat tema, “Ibadah Haji sebagai Momentum Persatuan,”. Dalam hal ini, selaku pengisi kajian, Ustadz Oei Tjin Hay menyampaikan materi pengajian tersebut secara singkat, namun padat.
“Alhamdulillah sambutan jamaah cukup antusias. Terbukti selepas penyampaian materi kajian, pertanyaan selalu bermunculan dari para jamaah. Sehingga tidak hanya bersifat interaktif, tetapi juga sangat efektif. Karena jamaah punya banyak kesempatan menyampaikan unek-unek yang mereka simpan, walau itu di luar tema. Inilah harapan kita,” katanya.
Ninuk Irmawati, salah seorang jamaah, menyampaikan antusiasmenya mengikuti pengajian yang diasuh oleh Ustadz Oei Tjin Hay. Hal ini karena ia merasa ada banyak waktu untuk tanya-jawab selama kegiatan berlangsung.
“Biasanya kan, kalau saya mengikuti kajian keagamaan, ceramahnya bisa panjang durasinya. Sedang untuk sesi tanya-jawab sangat terbatas. Lha, ini malah dibalik untuk acara Ngobrol Bareng Koko Ustadz. Penyampaian ceramah sedikit, sesi tanya-jawab malah sangat luas waktunya. Saya puas karena bisa bertanya apa saja,” katanya. Tamam Malaka.