Chenghoo.co
Home » Lokasinya di Bangka Belitung,  2030 Nuklir Pertama di Indonesia Beroperasi
Umum

Lokasinya di Bangka Belitung,  2030 Nuklir Pertama di Indonesia Beroperasi

Bob S. Effendi

SURABAYA (chenghoo.co) – Tak lama lagi, kalau tak ada aral melintang, Indonesia mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang lokasinya di Bangka Belitung. PLTN yang dibangun PT ThorCon Power Indonesia tersebut mulai dibangun resminya tahun 2025, dan diperkirakan beroperasi komersial tahun 2030 (Ralat Redaksi, bukan diperkirakan akan selesai pada tahun 2060, seperti yang termuat di Koran Global News Hal 1, Minggu Ke-431, tgl 27 Desemnber 2023 – Januari 2024.).

Kehadiran PLTN tersebut diharapkan dapat menambah produksi listrik hingga udara bersih. Permintaan energi listrik sendiri diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Ini akan menjadi masalah tersendiri, karena energi yang digunakan pembangkit listrik (seperti batubara) harga terus naik.

Disamping itu, ke depannya pembangkit listrik “harus menghasilkan” udara besih. Karenanya, sejumlah negara, belakangan ini semakin melirik nuklir sebagai bahan energi. Sementara, dalam hal perangkat kebijakannya, pemerintah bersama DPR-RI Komisi VII semakin intens untuk memantapkan program ini.

“Dari hari ke hari, berbagai persiapan sedang kami lakukan untuk memastikan bahwa jadwal kami tidak bergeser, yaitu pemotongan baja pertama pada akhir 2024, atau sekitar 12 bulan dari sekarang.  Beberapa kegiatan antara lain, akan membuat proposal bersama DEN untuk di tujukan kepada Presiden di bawah payung MOU yang baru di tanda tangan beberapa waktu yang lalu. Kemudian persiapan yang kami lakukan bersama Pemprov Babel dan Pemkab Bangka Tengah antara lain melakukan sosialisasi bersama,” kata Bob S. Effendi, Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia kepada Global News, Rabu (27/12/2023).

Bagaimana dengan tingkat keamaman dan keselamatan? Tentang ini Bob mengatakan, perihal keselamatan, saat ini sedang dilakukan proses persiapan perizinan yang di sebut konsultasi 3S (safety, safeguard, security) dengan Bapeten. Proses ini sudah berjalan 7 bulan dan berakhir Maret 2024 dimana Bapeten akan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah setelah mengevaluasi persiapan yang kami lakukan.

Soal jaminan keselamatan, katanya, yang dapat menjamin keselamatan adalah Bapeten melalui proses perijinan dan inspeksi yang ketat. Bahkan tidak ada industri yang lebih ketat dibanding nuklir dan tentunya Bapeten akan mengajak regulator nuklir lainnya sebagai support. “Kami juga akan melakukan proses implementasi secara bertahap untuk mengurangi keraguan dan meningkatkan keyakinan. Tahap pertama adalah persetujuan desain dimana Bapeten akan menilai desain kami secara detail dan komprehensif bila lolos maka akan mendapat persetujuan desain,” katanya.

Kemudian pada tahap kedua, yaitu konstruksi di Korea Selatan. Perusahaan terebut akan melakukan pengetesan semua komponen bahkan mentest reaktor tanpa bahan nuklir (test dingin) untuk melihat sistim keselamatan pasif berkerja dengan baik apa tidak. Tentuya semua di bawah pengawasan Bapeten.

Pada tahap ketiga, di lokasi tampak di sebuah pulau kecil tidak berpenghuni tersebut, perusahaan akan melakukan test dengan bahan nuklir (test panas) dari zero power to full power secara bertahap. Sehingga dengan proses ini semua dapat menjamin bahwa seluruh proses dapat berjalan dengan aman dan selamat.

Teknologi Canggih

Saat ini, di sejumlah negara memang cukup banyak yang menggunakan nuklir sebagai energi. Dengan teknologi yang semakin canggih, sehingga penggunaan pembangkit nuklir sudah tak banyak lagi penentangan.

“Saya kira kita kalau bicara keamanan harus obyektif. Dunia transportasi juga ada kecelakaan, mungkin yang tertinggi. Sekarang tingkat keamanan nuklir semakin membaik dengan teknologi-teknologi yang ditemukan. Jadi amanlah,” kata Bob S. Effendi.

Kini sejumlah negara “berlomba-lomba” untuk mengembangkan nuklir, dan yang menarik, trend-nya terus naik dari tahun ke tahun.. “Nuklir sedang bergerak di dunia. Hingga Saat ini setidaknya terdapat 30 negara yang menggunakan energi nuklir, dan ini akan terus bertambah jumlahnya,” katanya.

Saat ini di dunia terdapat  60 reaktor nukli di 19 negara. Sebanyak 325 PLTN. Sedang diusulkan pembangunannya, 100 dalam perencanaan, dan sebanyak  60 dalam kontruksi. “Saya perkirakan kebangkitan nuklir tersebut akan terjadi pada 2-5 tahun mendatang.  Apalagi, sekarang bank-bank papan atas dunia sudah manyulurkan dananya ke sektor nuklir. Alasannya, mungkin saja, karena hal itu menguntungkan, “katanya.

Bob mengapresiasi percepatan terkait dengan kebijakan-kebijakan dengan nuklir yang semakin nyata. Ini sebagai trigger dalam pecepatan pe,bangun energy nuklir di Indoinesia. Pemeri8ntah sendirio memperkirakan nuklir pertama di Indonesia di[erkirakan berdiri 2030.

“Karena itu, ThorCon akan membangun PLTN di Bangka Belitung yang akan dimulai pada 2025. Kami harapkan pada 2030 susdah beroperasi,” kata Bob.

Soal penggunaan energi nuklir tersebut semakin nyata ketika Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu menyampaikannya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, beberapa waktu lalu. Tenaga nuklir masuk dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Rencananya, nuklir akan dikembangkan secara komersial pada 2032 dengan target penambahan kapasitas hingga 9 gigawatt (GW) pada 2060.

“Pengembangan nuklir direncanakan menjadi komersil pada 2032 untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik. Kapasitasnya akan ditingkatkan menjadi 9 GW pada 2060,” kata Jisman.

Dalam pembahasan RUKN, permintaan listrik diprediksi tumbuh dengan rata-rata minimal 3,6% per tahun pada skenario rendah, hingga 4,2% per tahun pada skenario tinggi untuk periode 2024 hingga 2060. Permintaan listrik pada 2060 akan didominasi sektor industri sekitar 47%, diikuti sektor rumah tangga 21%, bisnis 15%, kendaraan bermotor listrik 7%, publik 5%, dan produksi hidrogen hijau untuk sektor industri dan transportasi 4%.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana sebelumnya menyampaikan bahwa untuk tahap awal, nuklir akan dikembangkan dalam skala kecil 1-2 GW. Dia berharap percepatan target operasi PLTN pada 2032 dapat meningkatkan kepastian investasi khususnya di sektor proyek energi bersih atau baru terbarukan.

Disisi lain, Dadan mengatakan pihaknya juga tengah memastikan keamanan untuk pembangunan nuklir di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah akan menggodok aturan khusus yang tertuang dalam Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EB-ET). “Kami juga ingin perkuat di situ supaya makin meyakinkan mulai dari sisi perencanaan sampai ke commissioning,” katanya beberapa waktu lalu.

 

Lalu bagaimana persiapan sumber daya manusia (SDM) tenaga nuklir dari dalam negeri, Dr Eng.Zainal Arief S.T. M.T.dari Politeknik Nuklir mengatakan, Indonesia sebelumnya  mempunyai BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) yang berfungsi sebagai lombaga Pengkajian dan Penelitian Terkait teaaga atom. Sekarang BATAN masuk tegintegrasi dalam BRIN dan bertruansformasi menajldi Organisasi Riset Tenaga Nuklir dibawah BRIN; yang SDM nya terdiri dari para Peneliti dan perekayasa biding kenukliran. Untuk bidang pendidikan ada Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) BRIN dh. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) BATAN, yang mempunyai misi untuk menyiapkan SDM trampil biddag kenukliran dalam jenjang Sarjana Terapan.

Selaian kompetensi kenukliran, para lulusan Poltek Nuklir juga dibekali pengetahuan dan ketrampilan keteknikan dasar yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan sesuai dengan bidang kerja yang dihadapi.

Tiga Prodi saat ini yang ada di Poltek Nuklir, yaitu: Elektro mekanika, Elektronika Instrumentasi dan Tekno Kimia Nuklir; yang akan dikembangkan lagi dengan penambahan peminatan seiring dengan seiring dengan perkembangan teknologi dan Pembangunan bihang kenukliran baik untuk keperluan energi dan non energi. (fan)