Chenghoo.co
Home » Meraih Hikmah Luar Biasa dalam Isra Mikraj
Headline Peristiwa Taushiyah

Meraih Hikmah Luar Biasa dalam Isra Mikraj

Ustadz Junaidi Sahal

SURABAYA (Chenghoo.co)-Ada hikmah yang luar biasa di balik perjalanan Nabi Muhammad SAW melalui peristiwa Isra Mikraj. Hal ini disampaikan oleh Ustadz M. Junaidi Sahal dalam acara isra mi’raj yang diselenggarakan oleh Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI) dan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), di halaman Masjid Cheng Hoo Surabaya, Minggu (12/3/2023).

“Ada perdebatan tentang peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW ini, apakah ketika beliau isra mikraj itu, yang melakukan perjalanan adalah ruhnya, ataukah juga jasadnya? Kenapa? Karena kecepatan dari perjalanan tersebut, dianggap tidak akan sanggup ditahan oleh jasad manusia,” katanya.

Namun demikian, lanjut Ustadz Junaidi, sebenarnya tidak perlu perdebatan jika kita mengerti tentang bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an. Menurut Dai yang juga pembina LPI Al Haromain Surabaya tersebut, penjelasannya terdapat dalam ayat pertama dalam surat Isra.

“Rahasianya terletak pada huruf bi. Dan ini adalah huruf ajaib dalam Al-Qur’an,” katanya.

Lebih lanjut, huruf bi menurutnya memiliki fungsi untuk menggandeng atau menempelkan kalimat setelahnya dengan kalimat sebelumnya. Dalam hal ini, pada ayat pertama surat Al-Isra, kalimat sebelum huruf bi berbunyi “Subḥānallażī asrā” yang merujuk pada Allah, sementara kalimat sesudah huruf bi berbunyi “abdihi”, yang merujuk pada sosok Nabi Muhammad SAW.

” Apa artinya? Bahwa Nabi Muhammad itu digandeng oleh Allah. Maka, ketika beliau melakukan perjalanan jauh seperti dalam kisah Isra Mikraj, beliau tidak menggunakan dimensi beliau sendiri. Tetapi, beliau menggunakan dimensi Allah SWT,” katanya.

Untuk mempermudah pemahaman, Ustad Junaidi menceritakan tentang kisah semut yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk sampai ke Madinah. Tidak demikian ketika ia menggandeng atau menempel pada manusia, maka ia bisa sampai ke Madinah dalam hitungan hari atau jam.

“Jadi kalau semut itu menggunakan dimensinya sendiri, yaitu dimensi semut, maka mustahil bagi semut untuk sampai di Madinah dalam hitungan jam. Begitu juga dengan perjalanan Nabi Muhammad SAW. Karena beliau mengunakan dimensi Allah, maka beliau bisa melakukan perjalanan Isra Mikraj,” katanya.

Karena itu, lanjutnya, kita sebagai hamba Allah harus menggunakan dimensi Allah, jika ingin mengalami percepatan dalam hal apapun.

“Lalu bagaimana cara menggunakan dimensi Allah? Yaitu shalat Tahajjud, karena dimensi Allah yang paling cepat berada di malam hari,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua DPD PITI Surabaya, Ustad Achmad Syaukanie Ong, menceritakan Napak tilas sejarah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI).

“Pada tahun 1995, didirikanlah YHMCHI. Bertujuan untuk mensupport dan menghidupkan PITI Jatim. Baru pada 2003, dirintis berdirinya masjid,” katanya.

Ustadz Supriyanto, S. TH. I, M.Pd.I, Wakil Ketua PITI Surabaya bidang Pendidikan dan Dakwah, mengucapkan banyak terima kasih kepada panitia dan para yang telah ikut terlibat mensukseskan acara.

“Mudah-mudahan kita semakin kompak membangun kebersamaan untuk memperkuat syiar dan memakmurkan masjid. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada panitia dan para donatur yang telah mensukseskan acara isra mikraj,’ katanya. Tamam Malaka.