Chenghoo.co
Home » Apakah Haji Mabrur itu?
Haji & Umroh Headline Terkini

Apakah Haji Mabrur itu?

Kosakata yang akrab ditelinga kita saat menyebut haji adalah mabrur. Semoga menjadi haji mabrur, demikian doa yang kerap disampaikan kepada jemaah haji. Rasulullah dalam hadits mengatakan, haji mabrur tidak ada balasan, kecuali surga.

Lalu sebenarnya mabrur itu? Bagaimana mendapatkannya?

Berikut penjelasan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Dr. Asrorun Ni’am :

Dari sisi bahasa, al mabrur adalah isim maf’ul dari akar kata al birru. Al birru itu artinya kebaikan atau kebajikan. Dengan demikian, al hajjul mabruru artinya haji yang diberikan kebaikan dan kebajikan.

Dari sisi istilah, haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah, kemudian berdampak pada kebaikan diri, serta bermanfaat bagi orang lain. Oleh karenanya, al hajjul mabrur sebagai impian dari orang yang melaksanakan jemaah haji itu melalui tahapan. Mabrur tidak datang tiba-tiba. Tetapi harus diusahakan, mulai dari sebelum, saat, dan setelah pelaksanaan ibadah haji.

Terkait dengan persiapan, ketika kita ingin mencapai haji mabrur, tentu kita harus melakukan aktivitas yang mendukung pencapaian haji mabrur. Persiapan itu antara lain:

Pertama, memahami ajaran agama Islam dengan baik, termasuk juga manasik hajinya. Karena amalan ibadah yang tidak disertai dengan ilmu, maka ia dapat sia-sia.

Kedua, harus dipastikan rejekinya halal. Jangan sampai berangkat ibadah haji menggunakan uang hasil curian. Ini tidak diterima. Tidak boleh menggunakan uang curian untuk kepentingan ibadah.

Ketiga, meningkatkan amal ibadah. Kita harus menyiapkan diri dengan meningkatkan dan menyempurnakan amal ibadah.

Pada saat pelaksanaan ibadah haji, kita memastikan terlaksananya syarat, rukun, wajib haji. Sunnah-sunnah haji juga harus dipahami. Termasuk, hal yang terlarang, untuk dijauhi. Pelaksanaan amal perbuatan yang sah secara syar’i, belum tentu diterima. Sesuatu itu sah atau tidak, dapat diukur dengan ketentuan fiqh haji. Persoalan apakah diterima atau tidak, itu otoritas Allah swt. Nah, haji mabrur terkait denggan keterterimaan ibadah kita oleh Allah.

Kemabruran dapat dilihat dari aktivitas seseorang setelah melaksanakan ibadah haji. Setidaknya indikator pertama, meningkatnya pelaksanaan ibadah secara personal. Yang semula ibadahnya bolong, tidak lagi. Yang biasanya menggunjing, tidak menggunjing. Hubungan kita kepada Allah menjadi lebih intim.

Kedua, meningkatnya kualitas hubungan sosial atau horizontal. Salah satu yang dilarang ibadah haji adalah rafats, fusuq, jidal. Haji mabrur, begitu setelah selesai menunaikan ibadah haji, ia memiliki kemampuan untuk menjauhi yang dilarang dalam haji. Sehingga, akan terwujud, kohesi sosial. Kemudian, hubungan sosial akan menjadi positif.

Ketiga, melahirkan empati terhadap orang lain. Memiliki solidaritas sosial. Ada hadis yang menjelaskan beberapa perkara berikut:

1. Afsyussalam, artinya sebarkan kedamaian. Setiap bertemu orang lain, berilah salam, maka niscaya akan menebarkan kedamaian. Tetapi yang lebih substantif adalah kehadiran kita menjadi faktor pendamai di tengah masyarakat. Fi ayyi ardhin tatho’ anta mas’uulun ‘an islaamiha (dimana bumi dipijak, engkau bertanggungjawab atas kedamaian diatasnya)

2. Ath’imuth-tha’aam, artinya berikanlah makan orang yang membutuhkan makan. Artinya, kita harus memiliki solidaritas sosial.

3. Washilul arham, artinya sambung tali kekerabatan. Terminologi sambung itu artinya pernah terputus. Kalau sudah akrab, itu bukan silaturahmi, melainkan merawat kekerabatan. Kata sambung kasih sayang itu kepada yang memutus persahabatan dengan kita. Tidak mahal, tetapi butuh kelegaan hati

4. Berikutnya adalah hubungan kita secara personal vertical kepada Allah. Washallu bil laili wannasu niyaam. Shalat malam disaat semua orang sedang terlelap tidur. Itu adalah cerminan dari hubungan yang sangat privat kita dengan Allah. Tidak ada riya, kita bermuhasabah, kita mengadu kepada Allah.

Jika itu semua bisa dilakukan, tadkhulul jannata bis saalam. Maka engkau akan terhantarkan masuk surga dengan damai.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa haji mabrur bukan sesuatu yang given, tetapi selalu diusahakan tanpa henti. Tidak hanya saat pelaksanaan ibadah haji, tetapi dari persiapan, saat, dan pasca haji. Pelaksanaan ibadah akan sangat berpengaruh pada absah atau tidak absah haji. Kalau diterima atau tidaknya, itu urusan Allah.

 

Substansi Haji

Sekretaris Komisi Fatwa MUI Dr. Asrorun Ni’am

 

Haji merupakan ibadah fisik karena hampir rangkaiannya dilakukan secara fisik. Jika demikian, apa sebenarnya substansi dari haji itu sendiri?

Ibadah haji adalah ibadah mahdhah. Sifatnya dogmatik atau ta’abbudi (penghambaan). Ini sebagai cermin khudu’ wal inqiyad, ketertundukan dan kepatuhan total kepada Allah SWT. Dengan demikian, seluruh rangkaian manasik haji itu adalah wujud dari ketertundukkan kita tersebut.

Walau demikian, secara simbolik ada hikmah yang dapat dipetik. Misalnya, kita menggunakan hanya 2 helai kain tidak berjahit. Hal itu mengingatkan kita pada akhir hidup. Kita hadir tanpa memakai apa-apa, dan akan kembali dengan menanggalkan banyak hal: anak, harta, dan juga jabatan. Yang ikut bersama kita hanya kain tanpa jahitan, yaitu kain kafan.

Arafah juga dapat diterjemahkan sebagai padang Mahsyar. Wukuf di Arafah dapat mengingatkan kita akan masa depan, ketika kita semua dibangkitkan. Oleh karena itu, wukuf di Arafah kita lakukan dengan muhasabah. Kita mohon ampunan atas kesalahan, baik yang menyangkut hubungan kita dengan Allah, maupun dengan sesama.

Contoh lain, melempar jumrah. Secara simbolik, dengan melempar batu dengan doa merajam setan, memiliki hikmah untuk mencampakkan nafsu setan yang berada dalam diri kita, atau gangguan setan yang menggoda keataan kita kepada Allah.

Itu semua, secara simbolik menunjukkan bahwa pelaksanaan ibadah haji menuntut ketertundukkan kita kepada Allah, serta melawan anasir yang menjauhkan kita dari Allah swt.

Namun demikian, hikmah itu tidak mempengaruhi dengan hukum perbuatan. Jadi, sekalipun kita belum bisa menyelami, kita harus tetap melakukan rangkaian ibadah haji, demi kepentingan keabsahan haji.

Related posts

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji 2018 Rp 35 Juta

chenghoo1

Jemaah Haji Terima Layanan 59 Kali Makan Selama di Saudi

chenghoo1

Ini Layanan Akomodasi Jemaah Haji di Saudi

chenghoo1