Chenghoo.co
Home » Tingkatkan Kinerja Neraca Perdagangan, Indonesia Hadir di China Internasional Import Expo
Ekbis Headline Terkini Umum

Tingkatkan Kinerja Neraca Perdagangan, Indonesia Hadir di China Internasional Import Expo

MENKO Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Panjaitan hadir sebagai utusan khusus untuk memenuhi undangan Presiden Xi Jingping di CIIE pada 5-10 November 2019, di kota Shanghai.

Pada pameran perdagangan yang diikuti oleh 172 negara tersebut, Kementerian Perdagangan RI juga turut serta menghadirkan 26 perusahaan untuk memamerkan produk mereka.

Produk domestik Indonesia yang dibawa ke CIIE di antarnya adalah high end intellegent equipment, electronic and appliance, kendaraan, pakaian, aksesoris, produk pertanian seperti sawit, otomotif, pakaian, makanan, batu bara, sarang burung walet, peralatan medis dan produk perawatan medis.

Perusahaan yang berpartisipasi di CIIE di antaranya adalah Garuda Food, Marimas Putra Kencana, Victoria Care Indonesia, Sinar Aosro, Anugrah Citra Walet, Indofood, Kobe, BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit), dan lainnya.

CIIE diharapkan dapat menjadi momentum penting untuk mempromosikan barang dan jasa khas Indonesia yang potensial. Dengan demikian, roda perekonomian Indonesia dapat terdorong oleh barang dan jasa komoditas ekspor yang pasar utamanya adalah China.

China sendiri memiliki pasar yang masif dengan 1,4 miliar penduduknya. Perekonomian rakyat China pun tengah berkembang. Satu hal lagi yang menjadi peluang adalah eratnya hubungan persahabatan dan kesejarahan antara China dengan Indonesia. Di sisi lain, dengan keikutsertaan Indonesia di CIIE, investor dari China diharapkan akan banyak berminat datang ke Indonesia.

Ke depannya, Presiden Jokowi juga berencana membebaskan impor mesin bekas dari bea masuk mengingat banyak negara lain juga melakukannya hal yang sama. Hal itu dilakukan sebagai langkah strategis guna meningkatkan daya saing antar negara.

Kemudian cara ini juga untuk mengundang banyak investor dan turis asal China masuk ke Indonesia demi mengangkat perekonomian Indonesia.

CIIE Shanghai jadi momen kebersamaan China-Indonesia di bidang ekonomi

Saat ini China tengah menerapkan strategi dagang terkait produk baja paduan (alloy). Material baja yang biasanya digunakan untuk pembuatan rel kereta api dan komponen alat berat.

China memberikan insentif berupa potongan pajak (tax rebate) dengan kisaran 13-15 persen bagi pengusaha yang mengekspor baja jenis tersebut. Oleh sebab itu, harga produk baja alloy dari China dapat ditemukan dengan harga lebih rendah 28 persen dari harga pasar.

Indonesia yang belum mampu memproduksinya menjadi pasar baja alloy potensial bagi China. Terlebih Indonesia menerapkan bea masuk nol persen untuk produk ini. Ditambah dengan kondisi produk baja asal Tiongkok pada masa perang dagang sulit masuk ke pasar Amerika.

Sementara di sisi lain ekspor baja Indonesia ke Tiongkok dikenakan bea masuk. Pusat produksi baja di Indonesia kebanyakan berada di daerah terpencil dan bea masuk tersebut tentunya akan memberi dapak secara ekonomi. Oleh sebab itu, Luhut Binsar Panjaitan meminta bea masuk baja ke Tiongkok di hapuskan saat bertemu Xi Jinping di CIIE kemarin.

Selain baja, CIIE juga memberi peluang bagi Indonesia untuk memaksimalkan ekspor buah-buahan tropis seperti nanas, sarang burung wallet, kelapa sawit, serta olahan-olahan produk hilirisasi seperti nikel, tembaga, timah, bauksit, dan lain sebagainya.

Presiden Xi Jinping berjanji kepada Luhut untuk meningkatkan investasi negaranya di bidang teknologi. Hal ini merupakan niat baik persahabatan yang saling menguntungkan harus direspon baik oleh masyarakat kita di Indonesia.

Forum Bisnis Indonesia-Tiongkok perlu terus berjalan lewat berbagai kegiatan agar tercapai kesepahaman dan keseriusan hubungan dagang bilateral yang adil, saling memperkuat perekonomian antar dua negara, dan tidak terus menciptakan ketergantungan kepada kedua negara.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan kerelaan transfer teknologi agar lebih efisien berproduksi, punya daya saing kecuali produk khas unggulan masing-masing negara juga sudah saatnya Tiongkok-Indonesia bisa melakukan produksi bersama dan bersama-sama pula memasuki pasar dunia lainnya yang lebih luas.

Pola aliansi strategis Tiongkok-Indonesia inilah penting diwujudkan dengan fokus pada produksi terbaiknya yang sesuai dengan kapasitas masing-masing negara. Kedua negara juga dapat saling mendukung teknologi dan kualitas sumber daya manusia dengan kesepakatan jangka waktu yang dibutuhkan menuju kemakmuran kedua negara.

China dukung kesehatan neraca perdagangan Indonesia

Kontribusi ekspor Indonesia pada triwulan III-2019 terhadap pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlalu besar.

Sepanjang Januari-November 2017 ekspor komoditi batu bara, minyak sawit, dan karet ke China meningkat 37,1 persen. Sedangkan ekspor sarang burung walet meningkat 87 juta dollar AS, kelapa 70 juta dollar AS, dan kopi 43 juta dollar AS.

Tiongkok selama 7 tahun berurut-turut menjadi mitra perdagangan terbesar bagi Indonesia. Volume perdagangan bilateral antara Tiongkok dan Indonesia sepanjang 2017 adalah sebesar 63,3 miliar dollar AS, atau meningkat 18,3 persen.

Tepatnya ekspor Tiongkok adalah sebanyak 34,77 miliar dollar AS dan impor sebanyak 28,55 miliar dollar AS. Namun, Indonesia masih mengalami defisit neraca dagang terhadap China sebesar 11,44 miliar dollar AS pada Januari-Agustus 2019.

Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 10,83 miliar dollar AS. Adapun total defisit selama tahun 2018 sebesar 18,41 miliar dollar AS.

Oleh karenanya keikutsertaan Indonesia dalam ajang ini sangat strategis bernegosiasi dengan keterbukaan pasar utama yang bersahabat di China untuk menyeimbangkan neraca perdagangan melalui peningkatan jenis komoditas, volume, dan frekuensi ekspor ke China.

Setelah CIIE 2019 di Shanghai telah berakhir, saatnya tunggu kerjasama yang konkret berkelanjutan, terukur, dan bersahabat antara Indonesia dan China untuk kemajuan ekonomi kedua negara dan kesejahteraan dunia. (Adv)

Penulis: Murpin Josua Sembiring, Pakar Ekonomi dan Rektor Universitas Ma Chung Kota Malang-Jawa Timur