Chenghoo.co
Home » Tri Widiandani Raih Gelar Doktor Farmasi, Obat Kanker Sudah di Depan Mata
Gaya Hidup Headline Terkini

Tri Widiandani Raih Gelar Doktor Farmasi, Obat Kanker Sudah di Depan Mata

Ada kabar baru bagi penderita kanker, khususnya kanker payudara. Setelah melakukan penelitian setidaknya 4 tahun DR. Tri Widiandani, Apt., S. Si., Sp. FRS berhasil mensintesis obat, sehingga diharapkan dapat menghasilkan obat anti kanker di kemudian hari. Hanya saja, untuk ke arah sana (diproduksi dalam bentuk obat) dibutuhkan dana hingga Rp 12 triliun dengan penelitian lanjutan dengan rentang waktu 14 tahun.

Dalam sidang terbuka ujian calon doktor yang berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Farmasi Unair, Kampus B, Jumat (14/7/2017) siang, DR. Tri Widiandani, Apt., S. Si., Sp. FRS dinyatakan lulus dengan predikat Cum Laude. Dengan desertasinya yang berjudul “Modifikasi Struktur N- (Alilkarbamotioil) Benzamida dan Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas Sitotoksiknya Pada Sel Kanker Payudara MCF-7/HER2, Tri banyak mendapat pujian dari para pengujinya.

Menurut DR Tri Widiandani, hasil penelitian ini diharapakan akan membuka jalan bagi obat antikanker dari senyawa N- (Alilkarbamotioil) Benzamida dan turunannya yang memiliki aktivitas sitotoksik dan bekerja secara spesifik pada reseptor HER-2. Dengan demikian penemuan obat antikanker baru dari senyawa turunan N- (Alilkarbamotioil) Benzamida diharapkan menjadi calon obat kanker yang menjanjikan dimasa yang akan datang.

“Jadi penelitian ini dapat dikata belum tuntas. Masih memerlukan penelitian lanjutan. Mengapa? Karena yang saya teliti ini baru mensintesiskan obat, sehingga pada akhirnya menghasilan obat anti kanker. Untuk ke arah ini masih dibutuhkan lagi penelitian setidaknya 14 tahun dalam keadaan normal. Biaya yang diperlukan sekitar Rp 12 triliun. Semoga ada sponsor yang tertarik dengan hasil penelitian saya ini,” kata putri bungsu Ibnu Chotob tersebut.

Wanita murah senyum yang selalu juara kelas tersebut mengatakan , rancangan modifikasi struktur dari senyawa awal aliltiourea yang menghasilkan senyawa induk N- (Alilkarbamotioil) Benzamida (BATU) dan 12 belas senyawa turunannya merupakan hal yang penting dalam penelitiannya. “Ya… kalau nanti saya berhasil melakukan penelitian lanjutan, obat anti kanker tersebut namanya BATU. Nama itu segera kami patenkan,” kata dosen Farmasi Unair tersebut.

Hasil penelitian menyebutkan, studi pemodelan secara in silico dilakukan dengan menggunakan computer program Molegro Virtual Docker versi 5.5. Uji dilakukan terhadap human epidermal growth receptor-2 (HER-2). Uji in silico dimaksudkan untuk mengurangi factor coba-coba dalam merancang suatu pengembangan obat baru. Dari hasil uji in silico ini dapat diketahui nilai energi ikatan antara senyawa BATU dan turunannya.

Dikatakan, resistensi terhadap terapi adalah masalah utama dalam pengobatan kanker. Agen kemoterapi payudara dengabn HER-2 positif, antara lain golongan monoclonal antibody seperti transtuzumab yang memiliki mekanisme aksi melalui penghambatan dimerisasi reseptor HER-2 dan lapatinib yang merupakan molekul kecil dan memiliki aktivitas sebagai tyrosime kinase inhibitor (TKI).

Dari keseluruhan penelitian tersebut antara lain dapat disimpulkan: melalui uji in silico dapat diprediksi bahwa senyawa N- (Alilkarbamotioil) Benzamida dan 12 senyhawa turunanya memiliki aktivitas sitotosik terhadap resptor HER-2. Senyawa induk N- (Alilkarbamotioil) Benzamida dan 12 senyawa turunannya berhasil disintesis dengan menggunakan reaksi asilasi subtitusi nukleodilik. Senyawa induk dan turunannya menunjukkan aktivitas sitotoksik pada sel kanker payudara MCF-7.

Lalu bagaimana keberlanjutan peneliatian ini? Tentang ini, istri dari Darojatun Nugrahadi, ST mengatakan, di masa yang akan datang penelitian itu perlu ditindak lanjuti lebih lanjut tentang senyawa N- (Alilkarbamotioil) Benzamida dan turunannya sebagai calon obat yang berpotensi sebagai terapi pendamping (terapi kombinasi) untuk mengurangi terjadinya resistensi pada obat kanker payudara dengan ekspresi HER-2.

“Saya sendiri siap kembali ke laboratorium untuk melanjutkan penelitian ini. Hanya saja siapa yang akan menjadi sponsor,” katanya.

Dalam penelitian ini, katnya, secara kesluruah menghabiskan waktu waktu 4 tahun untuk melakukan penelitian. Tempat penelitian, selain di Unair, juga di Jepang. “Semoga apa yang saya lakukan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak pada akhirnya. Terakhir saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu, baik saat melakukan penelitian hingga para penguji, sehingga hari ini saya berhasil meraih doctor,” katanya. (Erfandi Putra)

Related posts

121 Mahasiswa MBKM Unair Kunjungi Cheng Hoo

chenghoo1

Meraih Guru Besar Unair ke-456 Berkat Akupuntur

chenghoo1